Header Ads

New Post

Conspicuous Consumption

Hotman Paris Hutapea , Raffi ahmad , Syahrini , Awkarin dan masih banyak sekali nama- nama orang yang sekiranya sering kita lihat kehidupan mewahnya baik melalui televisi maupun berita -berita online . 

Lalu apa sih latar belakang mereka para miliader menyenangi untuk membeli bahkan mengoleksi barang-barang mewah tersebut ?
Thorstein Veblen dalam bukunya “ Theory of the Leisure Class “ mengatakan tampilan hasil dan cara mengkonsumsi untuk menunjukan keunggulan sesorang . Pada prinsipnya semua orang berusaha mengesankan orang lain dan berusaha mendapatkan keuntungan melalui “konsumsi yang mencolok “ dan kemampuan untuk terlibat dalam “kesenangan yang mencolok “ . 

Dalam penelitiannya , Veblen menemukan bahwa perilaku barang mewah memiliki ciri khas sebagaimana digambarkan pada kurva permintaan barang mewah Veblen .
Barang mewah memiliki sifat dasar inelastic  , ketika permintaan meningkat harga melambung tinggi . Hal ini dikarenakan barang mewah itu memiliki kelangkaan , keunikan dan edisi terbatas ( limited edition ) sehingga sulit didapatkan . Saat permintaan turun , harganya pun akan turun namun akan berhenti di titik harga yang tidak akan pernah murah .
Namun teori ini memiliki kelemahan , karena tidak dijelaskan secara tegas mengenai harga barang non mewah , jika kita lihat apabila digunakan barang kebutuhan pokok maka , saat permintaan menurun harga nya pun ikut turun . 

Ada pula penelitian dari Sahalia et el mengenai pengeluaran rumah tangga . Disitu dikatakan masyarakat cenderung tidak ingin menerima resiko buruk yang timbul dari konsumsi barang mewah .Konsumsi barang-barang mewah menimbulkan biaya-biaya baru yang tersembunyi. Masyarakat akan benar-benar tidak membeli ( permintaan tidak ada ) misalnya untuk sebuah kebutuhan pokok yang sudah terpenuhi . Sementara bagi orang yang berpenghasilan tinggi membeli barang mewah karena kebutuhan untuk nilai lain . Jika dihubungkan dengan pendapat Veblen tadi maka Sahalia memastikan barang non mewah akan berada di titik nol saat tidak ada sama sekali


Reference : Buku Pajak Konsumsi Kemewahan ( Rachmad Utomo )

Tidak ada komentar