Dari Sabang Sampai Merauke , Tidak Sejajar Antar Pulau
Indonesia telah mengalami beberapa pergantian system ekonomi sejak awal kemeredekaan Mulai dari system Ekonomi liberal – dualistic sekitar awal kemeredekaan sampai 1959 , Transisi ekonomi nasional ( Ekonomi Komando dan Ekonomi Demokratik ) pada tahun 1966-1973 , Ekonomi minyak tanpa system 1980-1987 , dan hingga kita sampai dalam sistem demokrasi ekonomi dan ekonomi kekeluargaan ( ekonomi Pancasila ) sampai sekarang .
Ekonomi Pancasila artinya system ekonomi yang di dalam pelaksanaanya terdapat nilai-nilai Pancasila . Namun , ekonomi Indonesia saat ini tidak dapat dilepaskan dari anggapan Kapitalis Liberalis . Dihapuskannya subsidi secara bertahap sehingga bergantung pada mekanisme pasar , semakin kecilnya peran BUMN , bergabungnya Indonesia dalam WTO dan perjanjian GATT menjadi bukti adanya aroma liberal dalam perekonomian Indonesia . Namun bila kita melihat struktur APBN Indonesia maka kita dapat melihat sistem ekonomi kita juga sedikit berbau Sosialis karena banyak bantuan-bantuan serta campur tangan pemerintah dalam perekonomian.
Terlepas dari itu , Sejak era orde baru Indonesia terus mengalami pertumbuhan ekonomi . Hingga bulan september 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada disekitaran 5% yang merupakan pencapaian yang cukup baik di tengah lesunya ekonomi global .
GDP growth , 2019
India 7.3%
China 6.3%
Indonesia 5.2%
Pakistan 2.9%
US 2.3%
Brazil 2.1%
Spain 2.1%
Nigeria 2.1%
Netherlands 1.8%
Saudi 1.8%
Russia 1.6%
Source : The Spectator Index
Namun pertanyaanya , apakah pertumbuhan ekonomi sejak era orde baru hingga era reformasi saat ini sudah dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia ?
Menurut data BPS pada bulan maret 2019 adalah sebesar 25,14 juta(9,41%) penduduk atau turun 810 ribu penduduk pada maret tahun sebekumnya . Sedangkan Tingkat ketimpangan ( gini ratio ) Indonesia pada Bulan Maret adalah 0,382 , turun 0,007 .
Dan daerah yang dapat dikatakan paling tertingal dan timpang dari seluruh daerah di Indonesia adalah Papua . Kepingan surga yang jatuh ke bumi tersebut menjadi provinsi termiskin di Indonesia meskipun memiliki tambang emas terbesar di dunia .
Lalu apa pentingnya pemerataan ekonomi bagi bangsa Indonesia , pemerataan merupakan kunci persatuan . Beberapa waktu lalu tentu kita ingat kerusuhan yang terjadi di Papua Bukan ? dari sebuah perkataan yang berbau rasial dapat menyulut kemarahan masyarakat Papua yang begitu besar . Pemerataan adalah salah satu topik utama yang terangkat , sulitnya Pendidikan , kesehatan , harga BBM . Ketimpangan sosial dan ekonomi sangat mereka rasakan sehingga sedikit gesekan saja menimbulkan gejolak yang begitu massif .
Ketimpangan , gejolak , dan persatuan . Ketimpangan menyebabkan gejolak , kecemburuan sosial yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikarenakan investor merasa ragu akan kondisi dan stabilitas politik , kemanan di Indonesia sehingga memilih negara – negara seperti Vietnam , Kamboja yang relative lebih stabil . Ancaman persatuan dan kesatuan bangsa juga sangat mungkin timbul akibat ketimpangan ini , seperti dalam kasus kerusuhan Papua kemarin dimana kita mendengar beberapa isu referendum yang syukurnya dapat diatasi oleh pemerintah. Oleh karenanya ,Pemerintah saat ini terus melakukan beberapa usaha untuk mengatasi isu ketidakmerataan di Indonesia . Pembangunan infrastruktur jalan tol , bandara , pelabuhan bahkan memindahkan Ibukota ke Kalimantan dianggap jalan terbaik mengatasi Jawasentris di Indonesia meskipun terasa berat ditengah kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Indonesiasentris itulah yang harus dapat kita wujudkan dalam beberapa tahun kedepan.Sebagai negara demokrasi yang berlandaskan pancasila kita harus menciptakan ekonomi yang demokratis yaitu keterlibatan seluruh rakyat dan hasilnya pun harus dapat dirasakan oleh seluruh rakyat , seperti yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yaitu Kerakyatan dan persatuan yang akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Tidak ada komentar