Pandangan Tokoh : Chatib Basri
Chatib Basri adalah seorang ekonom , yang juga seorang dosen di Universitas Indonesia ini pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (21 Mei 2013 – 20 Agustus 2014 ) . Selain itu , beliau pernah menjadi penasihat khusus menteri keuangan, Sherpa untuk G-20, dan Deputi Menteri Keuangan untuk G-20 .
Sebagai ahli ekonomi Chatib Basri memiliki beberpa pandangan tentang perekonomian Indonesia , mari kita simak beberapa pandangannya yang pernah beliau ungkapkan dalam Majalah Keuangan Bulan Oktober 2014 sebagai berikut :
Tampaknya pelaku pasar dan investor merespons dengan baik proses transisi pemerintahan berjalan lancar . Pada hari pelantikan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla , IHSG dan nilai rupiah menguat cukup signifikan . Menurut Anda , apakah penguatan ini bisa berlangsung untuk jangka Panjang atau hanya sementara ?
Ini adalah kombinasi dua hal . Faktor domestiknya ( proses transisi peemrintahan ) penting dan berperan , tapi faktor eksternalnya juga cukup dominan . Pada tanggal 20 Oktober kemarin , mata uang yang mengalami penguatan bukan hanya rupiah , melainkan juga antara lain mata uang Turki ,Afrika Selatan , dan India . Saya melihat disini , fenomena penguatan rupiah juga didorong faktor global .
Apakah ini rentan ? jawabannya kita belum bisa menghilangkan sepenuhnya faktor eksternal . Penguatan yang terjadi juga didorong menguatnya / melemahnya dollar Amerika Serikat terhadap mata uang beberapa negara.
Ada wacana pemerintahan baru akan menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan November . Bagaimana pendapat anda ?
Tidak apa-apa . Bagus .Inflasi kita di bawah 5% , ditambah 4,5 persen ( prediksi peningkatan inflasi sebagai konsekuensi naiknya BBM bersubsidi ) , jadi 9,5 % . Dengan menaikan harga misalnya tiga ribu rupiah , inflasi menjadi sekitar 9% . It’s ok . Pada tahun 2014 kita bisa saving Rp.21 triliun dan pada tahun 2015 sebesar Rp 138 triliun . Jadi total ada penghematan Rp 159 triliun dari penghematan anggaran untuk subsidi BBM . Menurut saya , setiap saat harga BBM bersubsidi bisa dinaikan -kalau saya bisa menaikan harga kemarin , maka akan dilakukan kemarin.Harus segera . Pada tahun 2015 , kita akan dihadapkan pada kondisi Bank Sentral Amerika Serikat yang melakukan kebijakan normalisasi suku bunga . Kalau itu terjadi , maka pressure di pasar keuangan akan jauh lebih keras.
Kenaikan harga BBM bersubsidi adalah kebijakan politik . Ketika menjabat sebagai Menteri , Anda tentu menyadari hal ini . Apa hikmahnya ?
Latar belakang saya adalah orang akademik . Orang akademik itu hidup dalam dunia buku teks . Tidak ada kendala . Istilahnya kita hidup di dalam ruang hampa . Kebijakan kenaikan harga BBM adalah bagian dari kebijakan public yang ada faktor politik dan pertimbangan macam-macam . Yang paling penting bagaimana dalam kendala kebijakan tetap bisa jalan . Mungkin tidak sempurna , tetapi di situ yang penting. Apalagi dalam suasana system demokrasi seperti sekarang .
Berbeda kondisinya dengan zaman orde baru . Waktu itu , sebagai Menteri keuangan , Pak Ali Wardhana jauh lebih mudah menaikan harga BBM . JIka bisa meyakinkan presiden , maka kebijakan jalan . Sekarang tidak bisa . Kami harus meyakinkan DPR,Media , kolega di kabinett , dan masyarakat . Ini proses yang harus dijalani , yaitu bagaimana menjual ide agar diterima.
Selama hampir 1,5 tahun menjadi Menteri Keuangan , bagaimana anda melihat posisi Indonesia di lingkungan pergaulan internasional , misalnya forum G20 ?
Saya punya pengalaman cukup lama di Forum G20 , yaitu sejak 2008 . Menurut saya sekarang kita dipandang . Seperti kemain , pada pertemuan G20 di Autralia , kita menjadi Co-Chair untuk Working Group Investment Infrastructure dan memberikan laporan tentang apa saja yang dilakukan . Dalam event global lain , saya diminta menjadi leader discussion market . Saya kira Indonesia dipandang cukup baik .Saya bandingkan dulu , pada tahun 2008 susah sekali kita membuat meeting dengan negara-negara maju.
Ketika menghadiri pertemuan G20 di Moscow , saya terus terang surprised karena permintaan meeting , pertama datang dari Menteri keuangan Amerika Serikat , kedua sari Menteri kuangan Jepang , dan ketiga dari Menteri keuangan Jerman . Itu adalah negara-negara yang menjadi motor ekonomi dunia. Dulu saya ingat , request meeting dengan negara maju susah dapatnya . Sekarang mereka yang meminta . Pada pertemuan G20 terakhir di Washington, saya duduk one on one dengan managing director IMF . Bukan karena sayanya , tapi itu menunjukan bagaimana sekarang Indonesia dipandang.
Level kita sudah naik . Tadinya dari negara yang dibantu dengan berbagai program , menjadi negara yang bisa memberikan pandangan dan ide . Pada tahun lalu ,terkait kebijakan tapering off Bank Sentral Amerika Serikat , Bersama gubernur bank sentral dan Menteri keuangan India , saya menyuarakan bagaimana agar ada kordinasi dengan Bank Sentral Amerika Serikat . Misalnya agar Bank Sentral memberi tahu kira-kira kapan normalisasi akan dilakukan dan angkanya berapa . Suara kita banyak dikutip oleh media . Kalau suara Indonesia tidak didengar , maka akan diacuhkan saja . Proses komunikasi sudah jauh lebih baik . Menurut saya kita sudah menjadi negara yang mempunyai suara di forum global mengenai ekonomi dunia
Source : Majalah Media Keuangan Vol.IX Oktober 2014
Source : Majalah Media Keuangan Vol.IX Oktober 2014
Tidak ada komentar