UNICORN : TEMAN TAPI MENIKAM
Tidak dapat dipungkiri , akhir-akhir ini perkembangan perusahaan -perusahaan rintisan ( startup ) digital semakin menggeliat . Dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa startup-startup Indonesia yang berkembang sangat pesat seperti Traveloka , Tokopedia , Gojek , Bukalapak , dll. Namun tidak semua startup yang dibuat bisa eksis dan berkembang menjadi Decacorn seperti Gojek contohnya . Pengamat ekonomi digital Yudi Chandra mengungkapkan hanya 1 % dari pengusaha startup Indonesia yang berhasil mengembangkan bisnisnya . Tidak hanya di Indonesia , di Amerika pun tidak semua startup berhasil mengembangkan usahanya . Contoh yang paling nyata ada jatuhnya startup WeWork . WeWork adalah startup yang bergerak dalam bidang penyediaan ruang kerja Bersama ini mengalami kerugian pada paruh pertama 2019 sebesar USD 900 juta .
Lalu , apakah Gojek , Traveloka , Bukalapak , dkk meraup banyak keuntungan dari bisnis yang mereka jalankan selama ini ? Jawabannya tidak . Gojek terus mengalami kerugian khususnya melalui layanan Go-Ride dan Go-Car . Bukalapak baru-baru saja melakukan PHK terhadap karyawannya dan alasannya adalah untuk menjadi unicorn pertama yang meraih keuntungan . “Yang Pertama” , artinya perusahaan-perusahaan Unicorn hampir semua belum dapat meraih keuntungan . Mengapa demikian ??
Perusahaan -perusahaan tersebut sekarang ini sedang dalam fase menggiring/mengajak masyarakat untuk menggunakan atau beralih ke layanannya . Tentu kita tidak asing kan dengan voucher Go-Ride diskon 90% , Gratis Ongkir GO-FOOD , nah itulah cara Go-Jek untuk mengajak kita sebagai konsumen untuk menggunakan aplikasinya yang biasa disebut User Acquisition Cost yang juga dilakukan perusahaan startup lainnya . Biaya untuk “perang” mendapatkan konsumen ini memerlukan dana / modal yang cukup besar , dikutip dari Statista Untuk mengajak seoraang pengguna melalui layanan digital diperlukan $8,21 sedangkan dibutuhkan $64,96 untuk membuat pengguna menggunakan uangnya .
Tidak kunjung untung , perlu modal besar , lalu mengapa para investor mau menginvestasikan modal mereka . Para Investor yakin bahwa semakin berkembangnya ekonomi digital dan industrial 4.0 suatu saat nanti uang yang mereka “bakar” sekarang akan menghasilkan sesuatu di masa depan . Dan hal ini cukup umum dilakukan perushaan startup , karena dengan naiknya Gross Merchandise Volume ( GMV ) maka akan menarik investor untuk berinvestasi . Tidak hanya membakar hutan yang membawa dampak yang buruk , “Membakar uang “ ini pastinya juga memiliki dampak yang bisa jadi buruk dalam perekonomian . Bayangkan jika tiba-tiba terjadi resesi ekonomi secara global yang membuat para investor yang menyokong Gojek,Traveloka , Bukalapak tadi mengurangi atau bahkan tidak lagi menyuntikan modalnya . Di satu sisi perusahaan-perusahaan tadi belum juga dapat menghasilkan keuntungan yang dapat menyebabkan pengurangan pegawai alias PHK . Jika PHK terjadi maka akan menyebabkan dampak ekonomi yang cukup besar . Kita ambil contoh Go-Jek jika investor mereka tidak lagi menyuntikan dananya sedangkan mereka belum bisa meraup keuntungan maka akan banyak driver yang di non aktifkan , banyak tempat-tempat usaha yang awalnya menjadi mitra Go-Jek juga terdampak , dan kita sebagai pengguna yang selama ini mungkin sudah sangat bergantung dengan Go-Jek untuk pergi ke kantor ,pesan makanan , dll .
Sehingga setiap e-commerce yang saat ini sudah memliki cakupan layanan yang besar dan cukup berdampak dalam ekonomi seperti Gojek , Bukalapak harus menjadi tidak sekedar e-commerce namun Sustainability E-Commerce yaitu e-commerce yang menghasilkan profit.E-Commerce Indonesia harus belajar dari kejadian yang menimpa WeWork yang bisa dijadikan alarm kepada para e-commerce dengan modal tak terbatas yang tak kunjung mendapat untung .
Refrensi:https://inet.detik.com/business/d-4731690/terus-rugi-besar-hobi-startup-bakar-uang dipertanyakan,https://katadata.co.id/berita/2019/10/11/chatib-basri-peringatkan-unicorn-menimbulkan-risiko-sistemik-ekonomi
Refrensi:https://inet.detik.com/business/d-4731690/terus-rugi-besar-hobi-startup-bakar-uang dipertanyakan,https://katadata.co.id/berita/2019/10/11/chatib-basri-peringatkan-unicorn-menimbulkan-risiko-sistemik-ekonomi
Tidak ada komentar